Saturday 15 November 2014

Fungsi dan Peran Wirausaha
Fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu secara mikro dan makro. Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran, yaitu sebagai penemu (inotovator) dan perencana (planher). Sebagai penemu, wirausaha menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, seperti produk, teknologi, cara, ide, organisasi, dan sebagainya. Sebagai perencana, wirausaha berperan meracang tindakan dan usaha yang baru, merencanakan strategi usaha yang baru, merencanakan ide-ide dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan organisasi perusahaaan yang baru, dan lain-lain. Secara makro, peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesm pertumbuhan perekonomian suatu negara.

Ide dan Peluang Kewirausahaan
Ide dapat menjadi peluang apabila wirausaha bersediah melakuka evaluasi terhadap peluang secara tenas menerus melalui proses menciptakan sesuatu vang baru dan berbeda, mengamati peluang, menalisis proses secara mendalam, dan memperhirungkan risiko yatig mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang, wirausaha harus merniliki berbagai kemampuan dan pengetahuan, seperti kemampuan menghasilkan produk atau jasa menghasilkan nilai tambah, merintis usaha, melakukan proses atau teknik, atau mengembangkan organisasi baru. Ide pasti menghasilkan peluang, sebaliknya, tidak adanya ide tidak akan menghasilkan peluang.

Pengetahuan, Kemampuan, dan Kemauan Wirausaha
Seorang wirausaha tidak akan berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan. Ada kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan tidak akan membuat gesëorang menjadi wirausaha yang sukses. Sebaliknya, memiliki pengetahuan dan kemame puan tetapi tidak disertai kemauan tidak akan memasuki/dirintis capai kesuksesan. Beberapa pengetahuan yang harus di miliki adalah: (1) pengetahuan mengenai usaha yang Akan di dimasuki/dirintis di lingkungan usaha yang ada, (2) pengetahuan tentang erah dan tanggung jawab, dan (3) pengetahuan tentang manajeme organisasi bisnis. Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki wirausaha di antaranya: (1) keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko, (2) keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah, (3) keterampilan dalam memimpin dan mengelola, (4) kete- rampilan berkomunikasi dan berinteraksi, dan (5) keterampilan teknik usaha yang akan dilakukan.
Untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses tentu saja harus me- miliki kompetensi dalam menghadapi risiko,dan tantangan. Oleh sebab itu, ia harus memiliki kompetensi kewirausahaan. Seperti yang dikemu- kakan oleh Michael Harris (2000: 19), "...wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kualitas individual yang meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi, serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan." Pengetahuan saja tidaklah cukup bagi wirausaha, tetapi juga harus disertai dengan keterampilan. Keterampilan tersebut dapat berupa keterampilan manajerial, keterampi- lan konseptual, keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi, keterampilan merumuskan masalah dan cara bertindak, kete- rampilan mengatur dan menggunakan waktu, dan keterampilan teknik lainnya secara spesifik. Hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan tidaklah cukup. Wirausaha harus memiliki sikap, motivasi, dan komit- men terhadap pekerjaan yang sedang dihadapinya.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan ke- mampuan individu yang langsung berpengaruh pada hasil, karena wi- rausaha adalah orang yang selalu berorientasi pada hasil.

Modal Kewirausahaan
Dalam kewirausahaan, modal tidak selalu identik dengan modal yang berwujud (tangible) seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tidak berwujud (intangible) seperti modal intelektual, modal sosial, modal moral, dan modal mental yang dilandasi agama. Secara garis besar, modal kewirausahaan dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu modal intelektual, modal sosial dan moral, modal mental, serta modal material.

Objek Studi Kewirausahaan
Seperti telah dikemukakan di atas, kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut Soeparman Soemahamidjala (1997: 14-15), kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan mehputi:
1)      Kemampuan merumuskan tuiuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan hidup/usaha diperlukan adanya perenungan dan koreksi, yang kemudian dibaca dan diamati berulang-ulang sampai dipahami apa yang menjadi kemauannya.
2)      Kemampuan memotivasi diri, yaitu untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang besar.
3)      Kemampuan berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa raenunggu permtah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang se- hingga menjadi terbiasa berinisiatif.
4)      Kemampuan berinovasi, yang melabirkan kreativitas (daya cipta) dan setelah dibiasakan berulangsplang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inoyatif adalah desekan dalam di ýntuk selalu mencari berbagai kemungkinan atau kombinasi barn gang gapat dijadikan perangkat dalam nienyajikan barang dag jasa bagi. kemakmuran masyarakat.
5)      Kemampuan membentuk.modal material, sosial, dan intelektual (6) Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri; yaitu untuk selalu tepat waktu dalam segala.tindakan melalui kebiasaan dan tidak menunda pekerjaan.
6)      Kemampuan mental yang dilandasi agama.
7)      Kemampuan membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari penga- laman yang balk maupun menyakitkan.
Hakikat Kewirausahaan
Meskipun sampai sekarang belum ada terminogi yang persis sama, pada umumnya kewirausahaan (Entepreneuship) memiliki hakikat yang hampir  sama yaitu merujuk pada sifat, watak, dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengem- bangkannya dengan tangguh (Peter F. Drucker, 1994). Menurut Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Bahkan, kewirausahaan secara sederhana sering juga diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha (Ibnu Soedjono, 1993; Mer- edith, 1996; Marzuki Usman, 1997).
Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai "the backbone of economy," yaitu syaraf pusat perekonomian atau sebagai"tailbone ofeconomy," yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997: 1). Secara epistemologi, kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha atau proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda. Menurut Thomas W. Zimmerer (1996: 51), kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari (applying creativity and innovation to solve the problems and to exploit opportunities that people face everyday). Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, inovasi, dan keberanian menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Kreativitas, oleh Zimmerer (1996: 51), diartikan sebagai kemampuan mengembangkan ide-ide dan menemukan cara-cara baru dalam meme- cahkan persoalan dan menghadapi peluang (creativity is the ability to develop new ideas and to discover new ways of looking at problems and opportunities), sedangkan inovasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (innovation is the ability to apply creative solutions to those problems and opportunities to enhance or to enrich people 's live ). Menurut Harvard's Theodore Levitt yang dikutip Zimmerer (1996: 51), kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru, se- dangkan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru. Wirausaha akan berlaasil apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara yang baru. Menurut Zimmerer (1996: 51), ide kreatif akan muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang lama dan memikirkan sesuatu yang baru atau berbeda.
Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahùra kewirausahaan adalah kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan sebagai dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, dan próses dalam menghadapi tantangan hidup.
Menurut Meredith (1996: 9), berwirausaha berarti memadukan watak pribadi, keuangan, dan sumber daya. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan atau karier yang harus bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil risiko, keputusan, dan tin- dakan untuk mencapai tujuan (Meredith, 1996: 9). Syafat berwirausaha adalah harus memiliki kemampuan untuk menemukan dan mengevalu- asi peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan, dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang tersebut. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antara sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996: 51), nilai tambah tersebut diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:
(1)   Pengembangan teknologi baru.
(2)   Penemuan pengetahuan baru.
(3)   Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada.
(4)   Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang.lebih sedikit.

Meskipun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausa- haan pada peran pengusaha kecil, sifat ini dimiliki juga oleh mereka yang bukan merupakan pengusaha. Jiwa kewirausahaan atia pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif dan pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaruan, kemajuan, dan tantangan, seperti birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat lainnya.
Dari beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam hakikat penting kewirausahaan, yaitu:
(1)   Kewirausahaan adalah nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).
(2)   Kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.( Drucker, 1959).
(3)   Kewirausahaan adalah proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan/usaha (Zimmerer, 1996).
(4)   Kewirausahaan adalah nilai yang diperlukan untuk memulai dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997).
(5)   Kewirausahaan adalah proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dapat memberikan bermanfaat serta nilai lebih.
(6)   Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi dan ilmu pengetahuan, menghasilkan barang dan jasa sehingga lebih efisieri, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.
Motif Berprestasi Kewirausahaan
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya suatu motif, yaitu motif berprestasi. Motif berprestasi adalah suattu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna mencapai kepuasan pribadi (Gede Anggan Suhandana, 1980: 55). Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia mengemukakan tentang hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Gambar 3.3 menunjukkan hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow. Kemudian, oleh Clayton Alderfpr teori tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, yang dikenal dengan teori eksistensi, ketergantungan, dan pertumbuhan (existence, relatedness, and growth-ERG).
Pertama, kebutuhan akan eksistensi, menyangkut keperluan material yang harus ada (termasuk kebutuhan fisiologis dan keamarian dari Maslow).
Kedua, ketergantungan, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hubungan interpersonal (termasuk kebutuhan hosial dan harga diri dari Maslow).
Ketiga, kebutuhan perkembangan, yaitu kebutuhan intrinsik untuk perkembangan personal (termasuk kebutuhan aktualisasi dan harga diri dari Maslow).
Kebutuhan berprestasi wirausaha (n'Ach) terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan.persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2)      Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
3)      Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4)      Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
5)      Menyukai dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.

Kebutuhan akan kekuasaan (n'Pow), yaitu hasrat untuk memengaruhi, mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing, berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin m.emengaruhi orang lain.
Menurut Nasution (1982: 26) dan Louis Allen (1986: 70), ada tiga fungsi.motif, yaitu:
1)      Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau motor yang melepaskan energi.
2)      Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu.
3)      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan tersebut.
Berdasarkan teori motivasi di atas, maka timbul pertanyaan mengapa orang berhasrat menjadi wirausaha. Menurut Dun Steinhoff & John F. Burgess (1993: 6), terdapat tujuh alasan, yaitu:
1)      The desire for higher income.
2)      The desire for a more satisfying career.
3)      The desire to be self-directed.
4)      The desire for the prestige that comes to being a business owner.
5)      The desire to run with a new idea or concept.
6)      The desire to build long-term wealth.
7)      The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause.

Dalam Entrepreneur'sHandbookyang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita 994: 8), dikemukakan beberapa alasan mengapa .seseorang menjadi artrausaha, yaitu:
1)      Alasan keuangan, untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan tambahan, dan sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2)      Alasan sosial, untuk memperoleh gengsi/status, agar dapat dikenal dan dihormati, menjadi contoh bagi orang agar dapat ditiru orang n, dan agar dapat bertemu orang banyak.
3)      Alasan pelayanan, untuk membuka lapangan pekerjaan, menatar, dan membantu meningkatkan perekonomi masyarakat.
4)      Alasan pemenuhan diri, untuk menjadi atasan/mandiri, mencapai sesuatu yang diinginkan, menghindari ketergantungan pada orang lain, menjadí 1ebih produktif, dan menggunakan kemanipuan pribadi.
5)      Motivasi apa yang mendorong seseorang tertarik untuk berwirausaha.

Tantangan Kewirausahaan datam Konteks Global
Dalam konteks persaingan global yang semakin terbuka seperti saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi. Setiap negara harus bersaing dengan menonjolkan keunggulan sumber daya masing-masing. Negara-negara yang unggul dalam sumber dayanya akan memenangkan persaingan. Sebaliknya, negara-negara yang tidak memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan kalah dalam persaingan dan tidak akan mencapai banyak kemajuan. Negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing adalah negara-negara yang dapat memberdayakan sumber daya ekonomi dan sumber daya manusianya secara nyata. Sumber-sumber ekonomi dapat diberdayakan apabila manusia memiliki keterampilan kreatif dan inovatif. Di Indonesia, sumber daya manusia betul-betul menghadapi tantangan dan persaingan yang kompleks.
Tantangan persaingan global, pertumbuhan penduduk, pengangguran, tanggung jawab sosial, keanekaragaman ketenagakerjaan, etika, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, dan gaya hidup beserta kecenderungannya merupakan tantangan yang saling terkait. Dalam persaingan global, semua sumber daya antarnegara akan bergerak bebas melewati batas-batas yang ada. Hanya sumber daya yang memiliki keunggulanlah yang dapat bertahan dalam persaingan. Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia yang cepat disertai persaingan yang tinggi akan menimbulkan berbagai angkatan kerja yang kompetitif dan pengangguran bagi sumber daya manusia yang tidak memiliki keunggulan dan daya saing yang kuat.
Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut diperlukan sumber daya berkualitas yang dapat menciptakan berbagai keunggulan, baik keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif, di antaranya melalui proses kreatif dan inovatif berwirausaha.
Untuk dapat bersaing di pasar global sangat diperlukan barang dan asa yang berdaya saing tinggi, yaitu barang dan jasa yang memiliki keunggulan-keunggulan tertentu. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi diperlukan tingkat efisiensi yang tinggi. Tingkat efisiensi yang tinggi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi, yaitu sumber daya manusia yang profesional dan terampil yang dapat menciptakan nilai tambah baru dan mampu menjawab tantangan baru. Selanjutnya, kualitas sumber daya manusia yang tinggi tersebut hanya dapat ditentukan oleh sistem pendidikan yang menghasilkan sumber daya yang kreatif dan inovatif. Sumber daya kreatif dan inovatif hanya terdapat dalam wirausaha. Oleh sebab itu, wirausahalah yang mampu menciptakan keunggulan bersaing melalui kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda . Persyaratan-persyaratan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.2.


1 komentar: