Monday, 17 November 2014

1.      Klasifikasi Abalone
Klasifikasi abalone (Haliotis asinina) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Sub kelas : Orthogastropoda
Superorder : Vetigastropoda
Family : Haliotidae
Genus : Haliotis
Species : Haliotis asinina Linnaeus, 1758
2.      Morfologi Abalone :
Haliotis asinina mempunyai bentuk cangkang memanjang yang tipis, rata dan tidak simetris. Ukuran tubuhnya (otot) sangat besar di bandingkan cangkangnya. Kepala berwarna kehijauan dan pada pinggir sekitar kepala berwarna hijau dengan bintik-bintik hijau gelap dan coklat. Kakinya berwarna krem kelihatan berbintik kecoklatan. Ukuran maksimum mata tujuh yang pernah ditangkap yaitu mencapai 20 cm panjang cangkangnya dengan berat tubuh kira-kira 1 kg. Cangkang berbentuk seperti telinga dan berwarna kemerah-merahan sampai coklat dengan gelombang cincin pertumbuhan pada permukaannya. Terdapat sirip hitam dan kekuningan pada permukaan dorsal dan warna kehijauan sampai keunguan pada strip otot jalannya.
Haliotis asinina memiliki ciri khas lubang terbuka di cangkangnya sebanyak enam atau tujuh buah dan kaki yang lebih besar dari bukaan cangkangnya. Abalon ini memiliki epipoda di sekeliling tubuhnya yang diselingi oleh tentakel-tentakel epipodial, keduanya berfungsi sebagai alat peraba. Lubang ketujuh pada cangkang abalon akan tertutup jika lubang baru di cangkang bagian depan terbentuk. Semua organ-dalam abalon berada tepat di bawah cangkang. Gonad abalon menutupi hati yaitu di bagian kanan (bila dilihat dari sisi dorsal). Organ ini melengkung seperti tanduk melingkari otot dorsal bagian posterior. Pada bagian depan tubuhnya terdapat sepasang mata dan sepasang tentakel sefalik yang panjang.
Lubang pada cangkang abalon berfungsi sebagai jalan air. Air akan masuk melalui bukaan cangkang arterior, seterusnya melalui insang yang bekerja mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Air kemudian akan dikeluarkan kembali melalui lubang respirasi ini. Arus di daerah dangkal tempat abalon bercangkang halus hidup, lebih cepat dan bergelombang tinggi. Lubang yang tidak menonjol dan cangkang yang halus pada Haliotis asinina menandakan aliran air dalam rongga mantel dibantu oleh gerakan silia. Perkembangan embrio dan larva H. asinina memiliki pola yang sama dengan perkembangan abalon lainnya yang kebanyakan berasal dari daerah beriklim dingin.
Abalon mempunyai bentuk yang hampir menggulung, gulungannya meluas dengan sangat cepat sehingga cangkangnya lebih kelihatan seperti mangkuk atau mirip telinga. Cangkang abalon dapat diidentifikasi lebih lanjut melalui urutan lubang kecil mengikuti tepi bagian sisi kiri cangkang. Cangkang berwarna khas hijau lurik dan merah hingga kekuningan, warna yang bagus untuk melindungi diri bagi binatang yang hidup dibatu.
Kerang abalone memiliki satu cangkang yang terletak pada bagian atas. Pada cangkang tersebut terdapat lubang-lubang dalam jumlah yang sesuai dengan ukuran abalone, semakin besar ukuran kerang abalone maka semakin banyak lubang yang terdapat pada cangkang. Lubang-lubang tersebut tertata rapi mulai dari ujung depan hingga belakang cangkang. Kerang abalone juga mempunyai mulut dan sungut yang terletak di bawah cangkang serta sepasang mata.
Ciri-ciri yang paling umum dari Haliotis adalah berbentuk seperti telinga dan memiliki pusat cangkang berbentuk lingkaran yang berukuran kecil dan terletak di bagian posterior. Pada bagian anterior yakni mantel tepi cangkang akan muncul lubang yang berfungsi dalam proses respirasi. Lubang tersebut akan bertambah jumlahnya seiring dengan bertambahnya ukuran cangkang, sampai terbentuk di sepanjang sisi kiri cangkang. Ketika abalon sedang rileks, tentakel dan mata akan menonjol dari bagian anterior ke cangkang. Penonjolan tersebut merupakan epipodium yang merupakan perluasan dari kaki dan merupakan sensor kecil tentakel.
Makanan dan Cara Makan :
Haliotis asinina (Abalon Mata Tujuh) merupakan organisme herbivore. Makanan alami abalone mata tujuh ini di alam adalah alga dan bentik diatom. Abalon ini merupakan hewan bersifat low trophic level (larvanya memakan benthik diatom atau mikroalga dan dewasanya memakan rumput laut atau makroalga). Perubahan kebiasaan makan dari mikroalga ke makroalga pada abalone daerah tropis terjadi setelah perkembangan ontogeni pada radulanya. Seperti halnya abalone daerah tropis, abalone temperate juga memakan mikroalga pada saat larva. Abalon memakan Gracillaria sp. dan Ulva serta Ecklonia, Laminaria, Macrocystis, Undaria dan Sargasum dengan cara grazing dengan menggunakan radula.
Juvenile abalone Haliotis asinina mengkonsumsi makroalga segar (Gracillaria sp.) 20-30% dari bobot tubuhnya setiap hari. Abalone mengkonsumsi sekitar 10% dari berat tubuhnya per hari (rumput laut basah), dan selama masa pertumbuhan, abalone dapat mengkonsumsi hingga 20% dari bobot tubuhnya. Juvenil Haliotis asinina (16-20 mm) mengkonsumsi 35-40% rumput laut dari bobot tubuhnya, sedangkan untuk ukuran yang lebih besar (>50 mm) konsumsi pakan hanya mencapai 5-10% dari bobot tubuhnya.
Secara garis besar ada 3 golongan seaweed/makro alga yang hidup di laut, yaitu; 1) makro alga merah (Red seaweeds), 2) alga coklat (Brown seaweeds), dan 3) alga hijau (Green seaweed). Ketiga golongan tersebut terbagi atas beberapa jenis dan beraneka ragam. Keragaman tersebut tidak semuanya dapat dimanfaatkan kerang abalone sebagai makanannya. Berikut ini spesies/jenis seaweed yang dapat dimanfaatkan kerang abalone sebagai makanannya, yaitu:
a. Makro alga merah, yaitu: Corallin, Lithothamnium, Gracilaria, Jeanerettia, Porphyra
b. Makro alga coklat: Ecklonia, Laminaria, Macrocystis, Nereocystis, Undaria, Sargasum
c. Makro alga hijau, seperti Ulva.


0 komentar:

Post a Comment