1. Klasifikasi
Abalone
Klasifikasi
abalone (Haliotis asinina) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Superorder :
Vetigastropoda
Family : Haliotidae
Genus : Haliotis
Species : Haliotis
asinina Linnaeus, 1758
2. Morfologi
Abalone :
Haliotis
asinina mempunyai bentuk cangkang memanjang
yang tipis, rata dan tidak simetris. Ukuran tubuhnya (otot) sangat besar di
bandingkan cangkangnya. Kepala berwarna kehijauan dan pada pinggir sekitar
kepala berwarna hijau dengan bintik-bintik hijau gelap dan coklat. Kakinya
berwarna krem kelihatan berbintik kecoklatan. Ukuran maksimum mata tujuh yang
pernah ditangkap yaitu mencapai 20 cm panjang cangkangnya dengan berat tubuh
kira-kira 1 kg. Cangkang berbentuk seperti telinga dan berwarna kemerah-merahan
sampai coklat dengan gelombang cincin pertumbuhan pada permukaannya. Terdapat
sirip hitam dan kekuningan pada permukaan dorsal dan warna kehijauan sampai
keunguan pada strip otot jalannya.
Haliotis asinina memiliki
ciri khas lubang terbuka di cangkangnya sebanyak enam atau tujuh buah dan kaki
yang lebih besar dari bukaan cangkangnya. Abalon ini memiliki epipoda di
sekeliling tubuhnya yang diselingi oleh tentakel-tentakel epipodial, keduanya
berfungsi sebagai alat peraba. Lubang ketujuh pada cangkang abalon akan
tertutup jika lubang baru di cangkang bagian depan terbentuk. Semua organ-dalam
abalon berada tepat di bawah cangkang. Gonad abalon menutupi hati yaitu di
bagian kanan (bila dilihat dari sisi dorsal). Organ ini melengkung seperti
tanduk melingkari otot dorsal bagian posterior. Pada bagian depan tubuhnya
terdapat sepasang mata dan sepasang tentakel sefalik yang panjang.
Lubang pada cangkang abalon berfungsi sebagai jalan air. Air akan
masuk melalui bukaan cangkang arterior, seterusnya melalui insang yang bekerja
mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Air kemudian akan
dikeluarkan kembali melalui lubang respirasi ini. Arus di daerah dangkal tempat
abalon bercangkang halus hidup, lebih cepat dan bergelombang tinggi. Lubang
yang tidak menonjol dan cangkang yang halus pada Haliotis asinina menandakan
aliran air dalam rongga mantel dibantu oleh gerakan silia. Perkembangan embrio
dan larva H. asinina memiliki pola yang sama dengan perkembangan abalon
lainnya yang kebanyakan berasal dari daerah beriklim dingin.
Abalon
mempunyai bentuk yang hampir menggulung, gulungannya meluas dengan sangat cepat
sehingga cangkangnya lebih kelihatan seperti mangkuk atau mirip telinga.
Cangkang abalon dapat diidentifikasi lebih lanjut melalui urutan lubang kecil
mengikuti tepi bagian sisi kiri cangkang. Cangkang berwarna khas hijau lurik
dan merah hingga kekuningan, warna yang bagus untuk melindungi diri bagi
binatang yang hidup dibatu.
Kerang abalone memiliki
satu cangkang yang terletak pada bagian atas. Pada cangkang tersebut terdapat
lubang-lubang dalam jumlah yang sesuai dengan ukuran abalone, semakin besar
ukuran kerang abalone maka semakin banyak lubang yang terdapat pada cangkang.
Lubang-lubang tersebut tertata rapi mulai dari ujung depan hingga belakang
cangkang. Kerang abalone juga mempunyai mulut dan sungut yang terletak di bawah
cangkang serta sepasang mata.
Ciri-ciri
yang paling umum dari Haliotis adalah berbentuk seperti telinga dan memiliki
pusat cangkang berbentuk lingkaran yang berukuran kecil dan terletak di bagian
posterior. Pada bagian anterior yakni mantel tepi cangkang akan muncul lubang
yang berfungsi dalam proses respirasi. Lubang tersebut akan bertambah jumlahnya
seiring dengan bertambahnya ukuran cangkang, sampai terbentuk di sepanjang sisi
kiri cangkang. Ketika abalon sedang rileks, tentakel dan mata akan menonjol
dari bagian anterior ke cangkang. Penonjolan
tersebut merupakan epipodium yang merupakan perluasan dari kaki dan merupakan
sensor kecil tentakel.
Makanan dan Cara Makan
:
Haliotis asinina (Abalon
Mata Tujuh) merupakan organisme herbivore. Makanan alami abalone mata tujuh ini
di alam adalah alga dan bentik diatom. Abalon ini
merupakan hewan bersifat low trophic level (larvanya memakan benthik
diatom atau mikroalga dan dewasanya memakan rumput laut atau makroalga). Perubahan kebiasaan makan dari mikroalga ke makroalga pada abalone
daerah tropis terjadi setelah perkembangan ontogeni pada radulanya. Seperti
halnya abalone daerah tropis, abalone temperate juga memakan mikroalga pada
saat larva. Abalon memakan Gracillaria
sp. dan Ulva serta Ecklonia, Laminaria, Macrocystis,
Undaria dan Sargasum dengan cara grazing
dengan menggunakan radula.
Juvenile abalone
Haliotis asinina mengkonsumsi makroalga segar (Gracillaria sp.)
20-30% dari bobot tubuhnya setiap hari. Abalone mengkonsumsi sekitar 10% dari
berat tubuhnya per hari (rumput laut basah), dan selama masa pertumbuhan,
abalone dapat mengkonsumsi hingga 20% dari bobot tubuhnya. Juvenil Haliotis
asinina (16-20 mm) mengkonsumsi 35-40% rumput laut dari bobot tubuhnya,
sedangkan untuk ukuran yang lebih besar (>50 mm) konsumsi pakan hanya
mencapai 5-10% dari bobot tubuhnya.
Secara garis
besar ada 3 golongan seaweed/makro alga yang hidup di laut, yaitu; 1) makro
alga merah (Red seaweeds), 2) alga coklat (Brown seaweeds), dan
3) alga hijau (Green seaweed). Ketiga golongan tersebut terbagi atas
beberapa jenis dan beraneka ragam. Keragaman tersebut tidak semuanya dapat
dimanfaatkan kerang abalone sebagai makanannya. Berikut ini spesies/jenis
seaweed yang dapat dimanfaatkan kerang abalone sebagai makanannya, yaitu:
a. Makro alga merah, yaitu: Corallin,
Lithothamnium, Gracilaria, Jeanerettia, Porphyra
b. Makro alga coklat: Ecklonia, Laminaria,
Macrocystis, Nereocystis, Undaria, Sargasum
c. Makro
alga hijau, seperti Ulva.
0 komentar:
Post a Comment