1. Penyebaran
Abalone
Penyebaran
kerang abalone sangat terbatas. Tidak semua pantai yang berkarang terdapat
kerang abalone. Secara umum, kerang abalone tidak ditemukan di daerah estuaria
yaitu pertemuan air laut dan tawar yang biasa terjadi di muara sungai. Ini
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adanya air tawar sehingga
fluktuasi salinitas
yang sering terjadi, tingkat kekeruhan air yang lebih tinggi dan kemungkinan
juga karena konsentrasi oksigen yang rendah.
Abalone bitatnya di daerah pasang surut dan berkarang serta
cenderung endemik di Indonesia Timur. Siput ini sifatnya nokturnal yang aktif
di Malam hari. Keluarga Haliotidae hanya berisi satu genus, Haliotis.
Genus itu mengandung sekitar 4-7 subgenera. Jumlah spesies diakui di seluruh
dunia adalah sekitar 100
2.
Cara Reproduksi
:
Abalone
tergolong hewan berumah dua atau diocis, yaitu betina dan jantan terpisah.
Kematangan gonad induk jantan maupun betina berlangsung sepanjang tahun dengan
puncak musim memijah terjadi pada bulan-bulan Juli dan Oktober. Telur yang siap
dipijahkan berdiameter 100 µm, di laboraturium telur yang dipijahkan
berdiameter rata-rata 183 µm (Cholik et al., 2005).
Proses
pemijahan abalone umumnya berlangsung pada malam hari, yakni sekitar pukul
23.00 – 06.00. Pemijahan ditandai dengan induk jantan mengeluarkan sperma dan
kemudian diikuti oleh induk betina dengan mengeluarkan sel telur. Abalone yang
akan melakukan pemijahan merayap ke permukaan bak, kemudian sperma dan sel
telur di semprotkan ke badan air. Air akan berubah menjadi bau amis dan menjadi
keruh akibat pengaruh dari sperma dan sel telur yang dikeluarkan. Selain itu,
juga terdapat gelembung-gelembung pada permukaan air. Proses embryogenesis
berlangsung selama ± 5 – 6 jam dari proses pemijahan, telur akan berubah
menjadi throcophor yang akan melayang-layang (planktonis) di badan air.
Larva throcophor akan berkembang menjadi larva veliger dan
menumbuhkan statosis setelah 30 jam dari proses pemijahan.
0 komentar:
Post a Comment