Fungsi dan Peran Wirausaha
Fungsi dan peran wirausaha dapat
dilihat melalui dua pendekatan,
yaitu secara mikro dan makro. Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran,
yaitu sebagai penemu (inotovator)
dan perencana (planher).
Sebagai penemu, wirausaha
menemukan dan
menciptakan sesuatu yang baru, seperti produk, teknologi, cara, ide, organisasi, dan
sebagainya. Sebagai perencana, wirausaha berperan meracang tindakan dan usaha yang baru, merencanakan strategi usaha
yang baru, merencanakan ide-ide dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan
organisasi perusahaaan yang baru, dan lain-lain. Secara makro, peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, pemerataan
kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesm pertumbuhan
perekonomian suatu negara.
Ide dan Peluang Kewirausahaan
Ide
dapat menjadi peluang
apabila
wirausaha bersediah
melakuka
evaluasi terhadap peluang secara tenas
menerus
melalui
proses menciptakan
sesuatu vang baru dan berbeda, mengamati peluang, menalisis proses secara
mendalam, dan memperhirungkan risiko yatig mungkin terjadi. Untuk memperoleh
peluang, wirausaha harus merniliki berbagai
kemampuan
dan pengetahuan, seperti kemampuan menghasilkan produk atau jasa menghasilkan nilai
tambah, merintis
usaha, melakukan proses atau teknik, atau mengembangkan organisasi baru. Ide
pasti menghasilkan peluang, sebaliknya, tidak adanya ide tidak akan
menghasilkan peluang.
Pengetahuan, Kemampuan, dan Kemauan
Wirausaha
Seorang
wirausaha tidak akan berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan, kemampuan,
dan kemauan. Ada kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan tidak
akan membuat gesëorang menjadi wirausaha yang sukses. Sebaliknya, memiliki
pengetahuan dan kemame puan tetapi tidak disertai kemauan tidak akan memasuki/dirintis capai kesuksesan.
Beberapa pengetahuan yang harus di miliki adalah: (1) pengetahuan mengenai usaha yang Akan di dimasuki/dirintis di lingkungan usaha yang ada, (2)
pengetahuan tentang erah dan tanggung jawab, dan (3) pengetahuan tentang
manajeme organisasi bisnis. Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki
wirausaha di antaranya: (1) keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan
memperhitungkan risiko, (2) keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai
tambah, (3) keterampilan dalam memimpin dan mengelola, (4) kete- rampilan
berkomunikasi dan berinteraksi, dan (5) keterampilan teknik usaha yang akan
dilakukan.
Untuk menjadi seorang wirausaha yang
sukses tentu saja harus me- miliki kompetensi dalam menghadapi risiko,dan
tantangan. Oleh sebab itu, ia harus memiliki kompetensi kewirausahaan. Seperti
yang dikemu- kakan oleh Michael Harris (2000: 19), "...wirausaha yang
sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu yang memiliki
ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kualitas individual yang meliputi sikap,
motivasi, nilai-nilai pribadi, serta tingkah laku yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan/kegiatan." Pengetahuan saja tidaklah cukup bagi
wirausaha, tetapi juga harus disertai dengan keterampilan. Keterampilan tersebut dapat berupa
keterampilan manajerial, keterampi- lan konseptual, keterampilan memahami,
mengerti, berkomunikasi, dan berelasi, keterampilan merumuskan masalah dan cara
bertindak, kete- rampilan mengatur dan menggunakan waktu, dan keterampilan
teknik lainnya secara spesifik. Hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan
tidaklah cukup. Wirausaha harus memiliki sikap, motivasi, dan komit- men
terhadap pekerjaan yang sedang dihadapinya.
Kompetensi
diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan ke- mampuan individu yang
langsung berpengaruh pada hasil, karena wi- rausaha adalah orang yang selalu
berorientasi pada hasil.
Modal Kewirausahaan
Dalam
kewirausahaan, modal tidak selalu identik dengan modal yang berwujud (tangible)
seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tidak berwujud (intangible)
seperti modal intelektual, modal sosial, modal moral, dan modal mental yang
dilandasi agama. Secara garis besar, modal kewirausahaan dapat dibagi ke dalam
empat jenis, yaitu modal intelektual, modal sosial dan moral, modal mental,
serta modal material.
Objek Studi Kewirausahaan
Seperti
telah dikemukakan di atas, kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan,
dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Oleh sebab itu, objek
studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan
dalam bentuk perilaku. Menurut Soeparman Soemahamidjala (1997: 14-15),
kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan mehputi:
1)
Kemampuan merumuskan tuiuan hidup/usaha.
Dalam merumuskan tujuan hidup/usaha diperlukan adanya perenungan dan koreksi,
yang kemudian dibaca dan diamati berulang-ulang sampai dipahami apa yang
menjadi kemauannya.
2)
Kemampuan memotivasi diri, yaitu untuk
melahirkan suatu tekad kemauan yang besar.
3)
Kemampuan berinisiatif, yaitu
mengerjakan sesuatu yang baik tanpa raenunggu permtah orang lain, yang
dilakukan berulang-ulang se- hingga menjadi terbiasa berinisiatif.
4)
Kemampuan berinovasi, yang melabirkan
kreativitas (daya cipta) dan setelah dibiasakan berulangsplang akan melahirkan
motivasi. Kebiasaan
inoyatif adalah desekan dalam di ýntuk selalu mencari berbagai kemungkinan atau
kombinasi barn gang gapat dijadikan perangkat dalam nienyajikan barang dag jasa
bagi. kemakmuran masyarakat.
5)
Kemampuan membentuk.modal material,
sosial, dan intelektual (6) Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri;
yaitu untuk selalu tepat waktu dalam segala.tindakan melalui kebiasaan dan
tidak menunda pekerjaan.
6)
Kemampuan mental yang dilandasi agama.
7)
Kemampuan membiasakan diri dalam
mengambil hikmah dari penga- laman yang balk maupun menyakitkan.
Hakikat
Kewirausahaan
Meskipun sampai sekarang belum ada terminogi yang
persis sama, pada umumnya kewirausahaan (Entepreneuship)
memiliki hakikat yang hampir sama yaitu
merujuk pada sifat, watak, dan ciri-ciri yang melekat pada
seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke
dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengem- bangkannya dengan tangguh (Peter
F. Drucker, 1994). Menurut Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Bahkan, kewirausahaan secara sederhana sering
juga diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha (Ibnu Soedjono, 1993;
Mer- edith, 1996; Marzuki Usman, 1997).
Istilah
kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan
sebagai "the backbone of economy," yaitu syaraf pusat perekonomian
atau sebagai"tailbone ofeconomy," yaitu pengendali perekonomian suatu
bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997: 1). Secara epistemologi, kewirausahaan
merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha atau proses dalam
mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda. Menurut Thomas W. Zimmerer (1996:
51), kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan
masalah dan upaya memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari (applying
creativity and innovation to solve the problems and to exploit opportunities
that people face everyday). Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas,
inovasi, dan keberanian menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja
keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Kreativitas,
oleh Zimmerer (1996: 51), diartikan sebagai kemampuan mengembangkan ide-ide dan
menemukan cara-cara baru dalam meme- cahkan persoalan dan menghadapi peluang (creativity is the ability to develop new
ideas and to discover new ways of looking at problems and opportunities),
sedangkan inovasi diartikan sebagai
kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang
untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (innovation is the ability to apply
creative solutions to those problems and opportunities to enhance or to enrich
people 's live ). Menurut Harvard's Theodore Levitt yang dikutip Zimmerer
(1996: 51), kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru, se- dangkan inovasi
adalah melakukan sesuatu yang baru. Wirausaha akan berlaasil apabila berpikir
dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan
cara yang baru. Menurut Zimmerer (1996: 51), ide kreatif akan muncul apabila
wirausaha melihat sesuatu yang lama dan memikirkan sesuatu yang baru atau
berbeda.
Dari
pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahùra kewirausahaan adalah kemampuan
dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan sebagai dasar,
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, dan próses dalam menghadapi
tantangan hidup.
Menurut
Meredith (1996: 9), berwirausaha berarti memadukan watak pribadi, keuangan, dan
sumber daya. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan atau
karier yang harus bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan,
mengambil risiko, keputusan, dan tin- dakan untuk mencapai tujuan (Meredith,
1996: 9). Syafat berwirausaha adalah harus memiliki kemampuan untuk menemukan
dan mengevalu- asi peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan,
dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang tersebut. Esensi dari kewirausahaan adalah
menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antara sumber daya
dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996:
51), nilai tambah tersebut diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:
(1)
Pengembangan teknologi baru.
(2) Penemuan
pengetahuan baru.
(3) Perbaikan
produk dan jasa yang sudah ada.
(4) Penemuan
cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak
dengan sumber daya yang.lebih sedikit.
Meskipun
di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausa- haan pada peran
pengusaha kecil, sifat ini dimiliki juga oleh mereka yang bukan merupakan
pengusaha. Jiwa kewirausahaan atia pada setiap orang yang memiliki perilaku
inovatif dan kreatif dan pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaruan,
kemajuan, dan tantangan, seperti birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat
lainnya.
Dari
beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam hakikat penting
kewirausahaan, yaitu:
(1) Kewirausahaan
adalah nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga
penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).
(2) Kewirausahaan
adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.( Drucker, 1959).
(3) Kewirausahaan
adalah proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan
menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan/usaha (Zimmerer, 1996).
(4) Kewirausahaan
adalah nilai yang diperlukan untuk memulai dan mengembangkan usaha (Soeharto
Prawiro, 1997).
(5) Kewirausahaan
adalah proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dapat
memberikan bermanfaat serta nilai lebih.
(6) Kewirausahaan
adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengombinasikan
sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi dan
ilmu pengetahuan, menghasilkan barang dan jasa sehingga lebih efisieri,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara untuk memberikan
kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan
keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses,
dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan
dengan keberanian untuk menghadapi risiko.
Motif Berprestasi Kewirausahaan
Para
ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya
suatu motif, yaitu motif berprestasi. Motif berprestasi adalah suattu nilai
sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna mencapai
kepuasan pribadi (Gede Anggan Suhandana, 1980: 55). Faktor dasarnya adalah
adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Teori
motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia mengemukakan tentang
hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi.
Menurutnya,
kebutuhan bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan
fisik, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan
harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Gambar 3.3 menunjukkan
hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow. Kemudian, oleh Clayton Alderfpr
teori tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, yang dikenal dengan teori
eksistensi, ketergantungan, dan pertumbuhan (existence, relatedness, and growth-ERG).
Pertama,
kebutuhan akan eksistensi, menyangkut keperluan material yang harus ada
(termasuk kebutuhan fisiologis dan keamarian dari Maslow).
Kedua,
ketergantungan, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hubungan interpersonal
(termasuk kebutuhan hosial dan harga diri dari Maslow).
Ketiga,
kebutuhan perkembangan, yaitu kebutuhan intrinsik untuk perkembangan personal
(termasuk kebutuhan aktualisasi dan harga diri dari Maslow).
Kebutuhan
berprestasi wirausaha (n'Ach) terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan
sesuatu yang lebih baik dan efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang
memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1)
Ingin mengatasi sendiri kesulitan
dan.persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2)
Selalu memerlukan umpan balik yang
segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
3)
Memiliki tanggung jawab personal yang
tinggi.
4)
Berani menghadapi risiko dengan penuh
perhitungan.
5)
Menyukai dan melihat tantangan secara
seimbang (fifty-fifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka
wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang
paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Kebutuhan
akan kekuasaan (n'Pow), yaitu hasrat
untuk memengaruhi, mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah
senang bersaing, berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi
pada status dan ingin m.emengaruhi orang lain.
Menurut
Nasution (1982: 26) dan Louis Allen (1986: 70), ada tiga fungsi.motif, yaitu:
1) Mendorong
manusia untuk menjadi penggerak atau motor yang melepaskan energi.
2) Menentukan
arah perbuatan ke tujuan tertentu.
3) Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dijalankan untuk
mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
pencapaian tujuan tersebut.
Berdasarkan
teori motivasi di atas, maka timbul pertanyaan mengapa orang berhasrat menjadi
wirausaha. Menurut Dun Steinhoff & John F. Burgess
(1993: 6), terdapat tujuh alasan, yaitu:
1) The desire for higher income.
2) The desire for a more satisfying
career.
3) The desire to be self-directed.
4) The desire for the prestige that
comes to being a business owner.
5) The desire to run with a new idea
or concept.
6) The desire to build long-term
wealth.
7) The desire to make a contribution
to humanity or to a specific cause.
Dalam
Entrepreneur'sHandbookyang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita 994: 8), dikemukakan
beberapa alasan mengapa .seseorang menjadi artrausaha, yaitu:
1) Alasan
keuangan, untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan tambahan, dan
sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2) Alasan
sosial, untuk memperoleh gengsi/status, agar dapat dikenal dan dihormati,
menjadi contoh bagi orang agar dapat ditiru orang n, dan agar dapat bertemu
orang banyak.
3) Alasan
pelayanan, untuk membuka lapangan pekerjaan, menatar, dan membantu meningkatkan
perekonomi masyarakat.
4) Alasan
pemenuhan diri, untuk menjadi atasan/mandiri, mencapai sesuatu yang diinginkan,
menghindari ketergantungan pada orang lain, menjadà 1ebih produktif, dan
menggunakan kemanipuan pribadi.
5) Motivasi apa yang mendorong seseorang tertarik untuk
berwirausaha.
Tantangan
Kewirausahaan datam Konteks Global
Dalam
konteks persaingan global yang semakin terbuka seperti saat ini, banyak
tantangan yang harus dihadapi. Setiap negara harus bersaing dengan menonjolkan
keunggulan sumber daya masing-masing.
Negara-negara
yang unggul dalam sumber dayanya akan memenangkan persaingan. Sebaliknya,
negara-negara yang tidak memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan
kalah dalam persaingan dan tidak akan mencapai banyak kemajuan. Negara-negara
yang memiliki keunggulan bersaing adalah negara-negara yang dapat memberdayakan
sumber daya ekonomi dan sumber daya manusianya secara nyata. Sumber-sumber
ekonomi dapat diberdayakan apabila manusia memiliki keterampilan kreatif dan
inovatif. Di Indonesia, sumber daya manusia betul-betul menghadapi tantangan
dan persaingan yang kompleks.
Tantangan
persaingan global, pertumbuhan penduduk, pengangguran, tanggung jawab sosial,
keanekaragaman ketenagakerjaan, etika, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan,
dan gaya hidup beserta kecenderungannya merupakan tantangan yang saling
terkait. Dalam persaingan global, semua sumber daya antarnegara akan bergerak
bebas melewati batas-batas yang ada. Hanya sumber daya yang memiliki keunggulanlah
yang dapat bertahan dalam persaingan. Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia
yang cepat disertai persaingan yang tinggi akan menimbulkan berbagai angkatan
kerja yang kompetitif dan pengangguran bagi sumber daya manusia yang tidak
memiliki keunggulan dan daya saing yang kuat.
Untuk
menghadapi berbagai tantangan tersebut diperlukan sumber daya berkualitas yang
dapat menciptakan berbagai keunggulan, baik keunggulan komparatif maupun
keunggulan kompetitif, di antaranya melalui proses kreatif dan inovatif
berwirausaha.
Untuk
dapat bersaing di pasar global sangat diperlukan barang dan asa yang berdaya
saing tinggi, yaitu barang dan jasa yang memiliki keunggulan-keunggulan
tertentu. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi
diperlukan tingkat efisiensi yang tinggi. Tingkat efisiensi yang tinggi
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi, yaitu sumber daya
manusia yang profesional dan terampil yang dapat menciptakan nilai tambah baru
dan mampu menjawab tantangan baru. Selanjutnya, kualitas sumber daya manusia
yang tinggi tersebut hanya dapat ditentukan oleh sistem pendidikan yang
menghasilkan sumber daya yang kreatif dan inovatif. Sumber daya kreatif dan
inovatif hanya terdapat dalam wirausaha. Oleh sebab itu, wirausahalah yang
mampu menciptakan keunggulan bersaing melalui kemampuan menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda
. Persyaratan-persyaratan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.2.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete