Friday, 11 April 2014


1.1 Ubi Jalar

Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi (karbohidrat) yang tinggi. Di Afrika, umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok yang penting. Di Asia, selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga dibuat sayuran. Terdapat pula ubi jalar yang dijadikan tanaman hias karena keindahan daunnya.
Ubi jalar berasal dari Amerika Selatan tropis dan, yang masih diperdebatkan, Papua. Kalangan yang tidak menyetujui asal muasal ubi jalar dari Papua berpendapat bahwa orang Indian telah berlayar menuju ke barat melalui Samudra Pasifik dan membantu menyebarkan ubi jalar ke Asia. Alasan ini banyak ditentang karena bertentangan dengan fakta-fakta klimatologi dan antropologi. Budidaya Ubi jalar dapat dibudidayakan melalui stolon / batang rambatnya. cara menanamnya cukup mudah, dengan mencangkul lahan yang mau ditanami sehingga stolon / batang rambat ubi jalar mudah dimasukkan dalam tanah. pemeliharaannya cukup mudah. ubi jalar akan tumbuh baik bila lahan terkena matahari langsung, pemeliharaan dari gulma untuk menghindari persaingan unsur hara disekitar tanaman. Pemberian pupuk UREA atau Organik akan menambah hasil panen yang lebih bagus. Panen panen ubi jalar yaitu dengan mencangkuli sekitar tanaman, ini untuk mempermudah ubi rusak karena terkena cangkul atau alat pertanian.

1.2       Sejarah Ubi Jalar
Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia.
Ubi jalar merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi besar di Indonesia. Areal panen ubi jalar di Indonesia tiap tahun seluas 229 hektar, tersebar di seluruh propinsi baik di lahan sawah maupun tegalan dengan produksi rata-rata nasional 10 ton/hektar. Penghasil utama ubi jalar di Indonesia adalah Jawa dan Irian Jaya yang menempati porsi sekitar 59 persen. Peluang perluasan areal panen masih sangat terbuka. Dengan perbaikan teknik budidaya dan penggunaan varietas unggul nasional, produktivitas bisa dinaikkan menjadi 30 ton/hektar. Ubi jalar bisa ditanam sepanjang tahun baik secara terus menerus, bergantian maupun secara tumpang sari.
Menurut Zuraida (2001) ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori (energi) yang cukup tinggi. Kandungan karbohidrat ubi jalar menduduki peringkat keempat setelah padi, jagung dan ubi kayu. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral sehingga cukup baik untuk memenuhi gizi dan kesehatan masyarakat.
Keistimewaan ubi jalar dalam hal kandungan gizi terletak pada kandungan beta karoten yang cukup tinggi dibanding dengan jenis tanaman pangan lainnya. Namun, tidak semua varietas atau jenis ubi jalar mengandung beta karoten yang tinggi. Ubi jalar yang mengandung beta karoten yang tinggi hanya varietas ubi jalar yang daging umbinya jingga kemerah-merahan. Sedangkan varietas ubi jalar 5 yang daging umbinya berwarna kuning atau putih memiliki beta karoten lebih rendah.


1.3       Jenis Tanaman Ubi Jalar
Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar, antara lain: International Potato centre (IPC) dan Centro International de La Papa (CIP). Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Peneliltian dan Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi), Departemen Pertanian. Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur, prambanan, mendut, dan kalasan.
Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.       Berdaya hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar.
b.      Berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan.
c.       Rasa ubi enak dan manis.
d.      Tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit kudis oleh cendawan Elsinoe sp.
e.       Kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram.
f.       Keadaan serat ubi relatif rendah.
Varietas unggul ubi jalar yang dianjurkan adalah daya, prambanan, borobudur, mendut, dan kalasan. Deskripsi masing-masing varietas unggul ubi jalar adalah sebagai berikut:

a.       Daya
1.      Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas (kultivar) putri selatan x jonggol.
2.      Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3.      Umur panen 110 hari setelah tanam.
4.      Kulit dan daging ubi berwarna jingga muda.
5.      Rasa ubi manis dan agak berair.
6.      Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
b.      Prambanan
1.      Diperoleh dari hasil persilangan antara varietas daya x centenial II.
2.      Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3.      Umur panen 135 hari setelah tanam.
4.      Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
5.      Rasa ubi enak dan manis.
6.      Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
c.        Borobudur
1.      Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas daya x philippina.
2.      Potensi hasil antara 25-35 ton per ha.
3.      Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
4.      Umur panen 120 hari setelah tanam.
5.      Ubi berasa manis.
6.      Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
d.      Mendut
1.      Varietas ini berasal dari klon MLG 12653 introduksi asal IITA, Nigeria tahun 1984.
2.      Potensi hasil antara 25-50 ton per ha.
3.      Umur panen 125 hari ssetelah tanam.
4.      Rasa ubi manis.
5.      Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
e.       Kalasan
1.      Varietas diintroduksi dari Taiwan.
2.      Potensi hasil antara 31,2-42,5 ton/ha atau rata-rata 40 ton/ha.
3.      Umur panen 95-100 hari setelah tanam.
4.      Warna kulit ubi cokelat muda, sedangkan daging ubi berwarna orange muda (kuning).
5.      Rasa ubi agak manis, tekstur sedang, dan agak berair.
6.      Varietas agak tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.).
7.      Varietas cocok ditanam di daerah kering sampai basah, dan dapat beradaptasi di lahan marjinal.


1.4       Manfaat Tanaman Ubi Jalar
Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun. Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan.
Beberapa peluang penganeka-ragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihat berikut ini:
a.       Daun : sayuran, pakan ternak
b.      Batang : bahan tanam, pakan ternak
c.       Kulit ubi : pakan ternak
d.      Ubi segar : bahan makanan
e.       Tepung : makanan
f.       Pati : fermentasi, pakan ternak, asam sitrat
Bagi kesehatan Ipomea batatas khasiatnya lebih dari sekedar menjaga kesehatan mata. Ipomea batatas putih mengandung 260 mkg (869 SI) betakaroten per 100 gram, Ipomea batatas merah yang berwarna kuning emas tersimpan 2900 mkg (9675 SI)betakaroten, Ipomea batatas merah yang berwarna jingga 9900 mkg (32967 SI). Semakin pekat warna jingganya, makin tinggi pula kadar betakarotennya yang merupakan bahan pembentuk vitamin A dalam tubuh. ( Wied Harry Apraidji)
Tak layak disepelekan Ipomea batatas merah merupakan umbi-umbian yang mengandung senyawa antioksidan paling komplet. Selain vitamin A, C, dan E, Ipomea batatas merah juga berlimpah vitamin B6 (Piridoksin) yang berperan penting dalam menyokong kekebalan tubuh. Diluar perkiraan banyak orang, Ipomea batatas merah dengan kandungan vitamin B6 nya mampu mengendalikan jerawat musiman yang muncul menjelang menstruasi. Agaknya hampir semua zat gizi yang terkandung dalam Ipomea batatas mendukung kemampuannya memerangi serangan jantung koroner.
Kesimpulan sebuah hasil penelitian menyebutkan Kalium dalam Ipomea batatas merah memangkas 40% resiko penderita hipertensi terserang stroke fatal. Sementara tekanan darah yang berlebihan pun merosot 25%. (Wied Harry Apraidji).
Dari berbagai pustaka dan informasi lain dapat disimpulkan bahwa Ipomea batatas sangat bermanfaat untuk :
a)      Mencegah kekurangan vitamin A
b)      Menjaga kesehatan sel dan sistem saraf otak
c)      Ketajaman daya ingat dan kesegaran kulit
d)     Menghalau stroke dan serangan jantung
e)      Menyerap kelebihan lemak atau kolesterol darah
f)       Mencegah sembelit
g)      Mengendalikan jerawat musiman


1.5       Kandungan Ubi Jalar
Komposisi kimia yang berbeda dari beberapa varietas/klon ubi jalar akan menghasilkan mutu tepung yang bervariasi pula. MenurutSuarni et al, (2005) tingginya kadar abu pada bahan menunjukkan tingginya kandungan mineral namun dapat juga disebabkan oleh adanya reaksi enzimatis (browning enzymatic) yang menyebabkan turunnya derajat putih tepung. Ditambahkan oleh Mudjisono dalam Ginting dan Suprapto (2005) bahwa kadar abu yang tinggi pada bahan tepung kurang disukai karena cenderung memberi warna gelap pada produknya. Semakin rendah kadar abu pada produk tepung akan semakin baik, karena kadar abu selain mempengaruhi warna akhir produk juga akan mempengaruhi tingkat kestabilan tepung akan semakin baik, karena kadar abu selain mempengaruhi warna akhir produk juga akan mempengaruhi tingkat kestabilan adonan (Bogasari, 2006; Ambarsari, et al., 2009).
Komposisisi zat gizi dari varietas ubi jalar yang berbeda (putih, kuning dan ungu) hampir sama namun varietas ubi jalar ungu lebih kaya akan kandungan vitamin A yang mencapai 7.700 mg per 100 g. Jumlah ini ratusan kali lebih besar dari kandungan vitamin A bit dan 3 kali lipat lebih besar dari tomat. Setiap 100 g ubi jalar ungu mengandung energi 123 kkal, protein 1.8 g, lemak 0.7 g, karbohidrat 27.9 g, kalsium 30 mg, fosfor 49 mg, besi 0.7 mg, vitamin A 7.700 SI, vitamin C 22 mg dan vitamin B1 0.09 mg. Kandungan betakaroten, vitamin E dan vitamin C bermanfaat sebagai antioksidan pencegah kanker dan beragam penyakitkardiovaskuler. Ubi juga kaya akan karbohidrat dan energi yang mampu mengembalikan tenaga.
Kandungan serat dan pektin di dalam ubi jalar sangat baik untuk mencegah gangguan pencernaan seperti wasir, sembelit hingga kanker kolon (Sutomo, 2007).

Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya sepert ibernafas, kontraksi jantung dan otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik s eper t i berolahraga atau bekerja. Di dalam ilmu gizi, secara sederhana karbohidrat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu karbohidrat sederhana & karbohidrat kompleks dan berdasarkan responnya terhadap glukosa darah di dalam tubuh, karbohidrat juga dapat dibedakan berdasarkan nilai tetapan indeks glicemik-nya (glycemic index). Contoh dari karbohidrat sederhana adalah monosakarida seperti glukosa, fruktosa & galaktosa atau juga disakarida seperti sukrosa & laktosa. Jenisjenis karbohidrat sederhana ini dapat ditemui terkandung di dalam produk pangan seperti madu, buah-buahan dan susu.Sedangkan contoh dari karbohidrat kompleks adalah pati (starch), glikogen (simpanan energi di dalam tubuh), selulosa, serat (fiber) atau dalam konsumsi sehari-hari karbohidrat kompleks dapat ditemui terkandung di dalam produk pangan seperti, nasi, kentang, jagung, singkong, ubi, pasta, roti dsb.



1.6       Syarat Pertumbuhan
1.6.1    Iklim
a.       Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 derajat C.
b.      Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
c.       Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.

1.6.2    Media Tanam
a.       Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.
b.      Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan kelembaban tanah yang cukup.
c.       Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi, terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai.
1.6.3    Ketinggian Tempat
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS. Di Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m di atas permukaan air laut, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah.
1.7       Sentra Penanaman
Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas ke seluruh provinsi di Indonesia. Pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara.
1.8       Hama dan Penyakit
1.8.1    Hama
a.       Penggerek Batang Ubi Jalar
Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat).
Gejala:
1.      Terjadi pembengkakan batang.
2.      Beberapa bagian batang mudah patah.
3.      Daun-daun menjadi layu.
4.      Dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati.
Pengendalian:
1.      Rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama.
2.      Pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama: bila serangan hama >5 %, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi
3.      Pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat.
4.      Penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yang dianjurkan.
b.      Hama Boleng atau Lanas
Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yangbagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya berwarna merah.Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil meletakkan telur ditempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi larva (ulat), selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) pada batang atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka.
Gejala:
1.      terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat.
2.      Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi.
3.      Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata.
Pengendalian:
1.      pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi.
2.      Pembumbunan atau penimbunan guludan untuk menutup ubi yang terbuka.
3.      Pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat.
4.      Pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan pengendalian hama secara kimiawi.
5.      Penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Decis 2,5 EC atau Monitor 200 LC dengan konsentrasi yang dianjurkan.
6.      Penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak.
7.      Pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat.
c.       Tikus (Rattus rattus sp)
Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi.
Pengendalian:
1.      Sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh.\
2.      Penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar.
3.      Pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.

2.8.2        Penyakit
a.       Kudis atau Scab
-          Penyebab: cendawan Elsinoe batatas.
-          Gejala: adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali.
-          Pengendalian:
1.      Pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit.
2.      Penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang.
3.      Kultur teknik budi daya secara intensif.
4.      Penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.
b.      Layu fusarium
· Penyebab: jamur Fusarium oxysporum f. batatas.
· Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit.
· Pengendalian:
1.      Penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit).
2.      Pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang bukan famili.
3.      Penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit Fusarium.
c.       Virus
Beberapa jenis virus yang ditemukan menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf.
· Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan.
· Pengendalian:
1.      penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus;
2.      pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di daerah basis (endemis) virus;
3.      pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.
d.      Penyakit Lain-lain
Penyakit-penyakit yang lain adalah, misalnya, bercak daun cercospora oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann, busuk basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan klorosis daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurata Schweinitz.
Pengendalian: dilakukan secara terpadu, meliputi perbaikan kultur teknik budi daya, penggunaan bibit yang sehat, sortasi dan seleksi ubi di gudang, dan penggunaan pestisida selektif.










Newer Post
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Post a Comment